by :
RichardHusein
"Lalu, kau datang
dari mana?" Sarah bertanya penasaran.
...
Lelaki itu kemudian duduk di pinggir ranjang, seraya tersenyum hangat.
"Tergantung. Tempatku bisa sangat indah jika kau mau, atau mungkin bahkan sebaliknya."
Sarah menyandarkan kepalanya sedikit lebih tinggi di atas bantal.
"Ceritakan padaku tentang tempat tinggalmu."
"Well, bermacam jenis bebungaan tumbuh disana. Burung-burung senantiasa berkicau tak peduli siang atau malam, gelap atau terang. Kau akan tahu segera."
Si gadis seketika memandang getir.
"Tapi ...aku takut," desahnya lirih.
Lelaki itu menghela nafas, asap putih menyembul tipis dari lubang hidungnya.
"Tak ada yang perlu kau takutkan. Setiap manusia punya takdirnya masing-masing. Termasuk dirimu, gadis kecil. Mereka yang takut mati hanyalah mereka yang tak tahu arti hidup yang sesungguhnya."
Sarah kembali berbaring, kepalanya terasa begitu nyeri jika berlama-lama tegak.
"Akankah mereka melupakanku?"
"Kenangan tentang orang-orang terkasih akan selalu terpancang dalam benak mereka yang masih hidup,"
Lelaki itu kembali berujar,
"Kita lahir, kita hidup, kita tumbuh dewasa sebelum akhirnya mati. Kau memiliki orang-orang yang mengenal dan menyayangimu sepenuh hati. Kemanapun kau pergi, sejauh apapun itu, jiwamu akan selalu berada diantara mereka."
Si gadis tersenyum sumringah. Dengan sisa nafas yang terbata-bata, ia bertanya untuk yang terakhir kali.
"Apakah sakit?"
"Mungkin."
Lelaki itu bangkit dan menyibakkan jubah hitamnya.
"Kau siap?"
Si gadis menjawab dengan memanggut mantap.
...
Lelaki itu kemudian duduk di pinggir ranjang, seraya tersenyum hangat.
"Tergantung. Tempatku bisa sangat indah jika kau mau, atau mungkin bahkan sebaliknya."
Sarah menyandarkan kepalanya sedikit lebih tinggi di atas bantal.
"Ceritakan padaku tentang tempat tinggalmu."
"Well, bermacam jenis bebungaan tumbuh disana. Burung-burung senantiasa berkicau tak peduli siang atau malam, gelap atau terang. Kau akan tahu segera."
Si gadis seketika memandang getir.
"Tapi ...aku takut," desahnya lirih.
Lelaki itu menghela nafas, asap putih menyembul tipis dari lubang hidungnya.
"Tak ada yang perlu kau takutkan. Setiap manusia punya takdirnya masing-masing. Termasuk dirimu, gadis kecil. Mereka yang takut mati hanyalah mereka yang tak tahu arti hidup yang sesungguhnya."
Sarah kembali berbaring, kepalanya terasa begitu nyeri jika berlama-lama tegak.
"Akankah mereka melupakanku?"
"Kenangan tentang orang-orang terkasih akan selalu terpancang dalam benak mereka yang masih hidup,"
Lelaki itu kembali berujar,
"Kita lahir, kita hidup, kita tumbuh dewasa sebelum akhirnya mati. Kau memiliki orang-orang yang mengenal dan menyayangimu sepenuh hati. Kemanapun kau pergi, sejauh apapun itu, jiwamu akan selalu berada diantara mereka."
Si gadis tersenyum sumringah. Dengan sisa nafas yang terbata-bata, ia bertanya untuk yang terakhir kali.
"Apakah sakit?"
"Mungkin."
Lelaki itu bangkit dan menyibakkan jubah hitamnya.
"Kau siap?"
Si gadis menjawab dengan memanggut mantap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar